MAKAM SURYANATA - MAKAM
Radja Phonei – Kalimantan SURYA NATA (suami Djunjung Buih) di Setjekang
dalam desa Tje-Sin terletak di luar kota Tjunghua Men. Tertanda wafat
tanggal 19 Oktober 1408 M (1 bulan ke-10 Pada Dinasty Radja MING).
Pangeran
Suryanata pendiri dinasti Negara Dipa yang sangat termasyhur itu hingga
saat ini tak diketahui keberadaan makamnya. Bahkan di sebagian kalangan
masyarakat Banjar percaya bahwa Pangeran Suryanata (leluhur dari
raja-raja Banjar) tidak meninggal dunia tapi gaib (berpindah alam).
Pangeran Suryanata gaib bersama istrinya Putri Junjung Buih (Putri
Tunjung Buih).
Pangeran
Suryanata (Raden Putra, Surianata, Suriawinata, Ariya Anata) adalah
suami raja putri (Ratu) Junjung Buih (Galuh Cipta Sari, Putri Tunjung
Buih). Ketika menjadi raja Banjar di kerajaan Negara Dipa, ia mendapat
sebutan Maharaja Suryanata.
Cerita
hidupnya dipenuhi mitos. Versi Hikayat Lembu Mangkurat (Lambung
Mangkurat) menyebutkan Raden Putra lahir dari hasil pertapaan Ratu
Majapahit. Amir Hasan Bondan dalam Suluh Sedjarah Kalimantan menulis: Tersebut
ceritera Ratu Majapahit bertapa dan mendapat dalam pertapaan seorang
anak laki-laki, yang terbungkus seluruh batang tubuhnya dengan semacam
kulit yang tipis. Menurut suara yang didengarnya waktu bertapa, bahwa
bungkusan anak itu tidak boleh diganggu, cuma dipelihara saja baik-baik.
Negeri Majapahit kelak akan bertambah makmur. Anak yang terbungkus itu
dinamai Raden Putra.
Patih
Lambung Mangkurat dalam cerita kemudian pergi berlayar dengan banawa
(kapal layar) Si Prabayaksa ke Majapahit untuk meminta Raden Putra
kepada Raja Majapahit. Raden Putra (Pangeran Suryanata) akhirnya
berjodoh dengan Putri Junjung Buih. Dari perkawinan mereka lahir Raden
Suryaganggawangsa (Suria Gangga Wangsa) dan Raden Suryawangsa (Suria
Wangsa). Amir Hasan Bondan menyebutkan tarikh pemerintahan Suryanata
tahun 1438-1460.
Sementara Anggaraini Antemas dalam Orang2 Terkemuka dalam Sedjarah Kalimantan,
menulis pertemuan Raden Putra dengan Putri Junjung Buih terjadi sekitar
tahun 1300. Junjung Buih, menurut dia, diperkirakan kelahiran tahun
1280. Setelah kedua anaknya tumbuh dewasa, tahta kemudian diserahkan
kepada putra sulung Pangeran Suryaganggawangsa dan tak lama setelah itu
Suryanata dan Junjung Buih meninggal dunia. Anggaraini menyatakan,
tanggal berapa dan tahun berapa, serta di mana jenazahnya dimakamkam,
hingga kini tiada seorang pun yang mengetahui. Hanya berdasarkan
penyelidikan sejarah, peristiwa tersebut diperkirakan terjadi dalam
tahun 1360. Karena kematiannya tidak berkubur, maka masyarakat Kalimantan beranggapan bahwa raja dan permaisuri tersebut gaib.
Hari
terakhir Pangeran Suryanata diungkapkan Amir Hasan Bondan lebih rinci.
Pada suatu hari Pangeran Suryanata mengadakan keresmin (keramaian) luar
biasa serta menjamu sekalian raja-raja dan patih-patih dan rakyat di
dalam negeri. Tatkala orang banyak sedang asyik dan ramai bersenda
gurau, tiba-tiba Pangeran Suryanata, berbicara di tengah orang banyak.
Menerangkan bahwa baginda akan pulang ke tempat lama (di Kayangan).
Setelah memperingati dan menyampaikan pesan-pesan, setelah habis
berbicara, dengan sekejap itu juga gaiblah Pangeran Suryanata bersama
Putri Tunjung Buih.
Benarkah Suryanata dan Junjung Buih gaib dan tidak memiliki makam?
Informasi
menarik ditemukan dari sumber Cina. Sebuah buku kecil berjudul “Dua
Tahun Museum Bandjar di Pulau Tatas” yang diterbitkan oleh Museum
Bandjar Lambung Mangkurat memasang foto makam Suryanata di halaman
covernya. Di situ tertulis: MAKAM
Radja Phonei – Kalimantan SURYA NATA (suami Djunjung Buih) di Setjekang
dalam desa Tje-Sin terletak di luar kota Tjunghua Men. Tertanda wafat
tanggal 19 Oktober 1408 M (1 bulan ke-10 Pada Dinasty Radja MING).
Informasi
tambahan mengenai makam yang berbentuk patung kura-kura itu sebagai
berikut: Bentuk kepala kura-kura sudah hilang. Panjang 2.50 M lebar muka
1.10 M lebar piagam 1.09 M dan tebalnya 0.3 M.
Apakah keterangan nama tempat “Setjekang dalam desa Tje-Sin terletak di luar kota Tjunghua Men”
seperti tersebut di atas berada di negeri Cina? Atau itu sebutan suatu
nama daerah di Kalimantan tetapi dalam bahasa Cina? Perlu penelitian
yang menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar