Assalamu'alaikum wr wb . Bro & Sis :)
Kali ini aku mau posting tentang bagaimana cara kita mengendalikan hati agar senantiasa selalu stabil dalam berbagai macam keadaan yang sewajarnya, dan agar terhindar dari berbagai macam penyakit hati yang dapat merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Jadi mohon masukannya buat yang lebih memahami tentang tema yang aku posting ini. Kita telaah bersama! Heeeheee
"Menanamkan" Sikap Rendah Hati Dalam Diri
Pertama, hendaknya kita menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya.
Ada
sebagian orang yang bisa menerima kebenaran jika kebenaran itu
bersumber dari orang yang lebih tinggi strata sosialnya daripada
dirinya. Tapi jika kebenaran itu bersumber dari orang yang dianggapnya
lebih rendah darinya, ia enggan untuk menerimanya. Berbeda dengan orang
yang mempunyai sifat rendah hati, ia akan selalu menerima kebenaran dari
siapapun sumbernya, baik dari orang miskin ataupun orang kaya, dari
orang hina ataupun orang mulia, dari orang kuat ataupun orang lemah,
dari kawan ataupun lawan.
Apakah
kita termasuk orang seperti ini; orang yang mempunyai sifat rendah
hati?! Apakah kita sudah siap untuk menerima kebenaran darimanapun
sumbernya?! Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kalau kita
memikirkan terlebih dahulu kata ‘darimanapun sumbernya.’
Kedua,
hendaknya kita mempergauli orang lain dengan sikap yang lembut dan hati
yang lapang dimanapun kita berada; dengan majikan ataupun pembantu,
dengan orang terhormat ataupun orang hina, dengan orang kaya ataupun
orang miskin.
Nah, apakah selama ini kita sudah mampu untuk mempergauli semua orang dengan penuh kelembutan dan kasih sayang?!
Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah
SWT untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi sikap sombong,
sebagai berikut :
”Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan
diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang
setinggi gunung” (QS al-Isra-37).
Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan
kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.)
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.(QS. Al Furqaan: 63)
Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong. (QS: an-Nahl: 23)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langitdan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga
unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A�raf: 40)
Cinta Kepada Sang Pencipta
Berikut beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW
1. Anas ra jika bertemu dengan
anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada mereka, ketika
ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat
kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul
Bari’-6247).
2. Dari Anas ra berkata: Nabi SAW
memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan
larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu
mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut
sampai hal itu diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi
haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan
direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872).
3. Abu Said al-Khudarii ra pernah
berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW menjahit bajunya
yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, memerah
susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan
pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri
keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui
orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam
lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit
hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang
termasuk orang yang suka shalat.
Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut
perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri
wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi
tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba
hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang sendiri
menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik
mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para
hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW
telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy
menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW
yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah,
tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita
Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu
Mas’ud al-Badariiy)
Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat
diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal
kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah.
Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal
kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh
sulit menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan yang kita
lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya. Karena
sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal
kebaikan kita. Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang
menghampiri kita, maka terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa
menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga
dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari
sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang
mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin
Allah SWT.
Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang
berjuang meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu�
mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak,
maka disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak
jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa
ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga
diri atas keberhasilannya.
by: Syahmi de Jorge // Second of november 2011 *02-11-2011*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar